Tugas Akhir Dasar Jurnalistik
Adek umur berapa ?
Adek rumah nya dimana ?
Adek masih sekolah apa tidak ?
Setiap hari adek memang jualan seperti ini ?
Jualanya memang tiap hari ya disini ta dek ?
Jualannya mulai sampai jam berapa sampai jam berapa ?
Kalau semisal dagangan kamu tidak habis bagaimana ?
Kenapa kok gak berjualan dipasar aja, kenapa harus dipinggir jalan trotoar seperti ini ?
Sosok Ali dalam keluarga ini seperti apa ?
Apakah berjualan ini sepenuh nya keinginan Ali ?
Apa memang Ali ini tidak mau sekolah atau bagaimana ?
Transkrip Wawancara
Narasumber Ali.
T : namanya siapa dek
J : Ali mas.
T : Adek umur berapa ?
J : 13 Tahun mas.
T : Adek rumah nya dimana ?
J : di Janti Barat gg. 3 mas
T : Adek masih sekolah apa tidak ?
J : Udah gak sekolah mas.
T : lho kenapa gak sekolah dek?
J : karena gak ada biaya mas buat sekolah, ibu juga sudah meninggal.
T : Ibu sakit apa memang dek ?
J : Diabetes, sama susah BAB.
T : Kalau boleh tau bapaknya sekarang dimana dek ? Kerja apa kalau boleh tau?
J : bapak dirumah mas kerjanya cari cacing.
T : terus yang cari kangkung ini siapa dek?
J : kakak saya sama bapak juga biasanya mas. Saya cuma yang menjual aja.
T : kamu ini kalau misal masih sekolah kelas berapa ?
J : kelas 1 smp mas.
T : Kalau kakak sama adek kmu kelas berapa?
J : kalau kaka saya kelas 2 smk mas itu yang cari kangkung biasanya, kalau adek masih kelas TK-B mas.
T : Adek ini memang setiap hari jualan seperti ini ta ?
J : Iya mas, setiap hari saya berjualan seperti. Tapi terkadang ya libur kalau misal gak ada kangkung yang mau dijual.
T : setiap hari jualan disini ta dek?
J : iya mas.
T : Biasanya jualan mulai jam berapa sampai jam berapa ?
J : Habis asar mas, sekitar jam 4 an sampai isya’ jam 7 an lah mas.
T : kalau semisal dagangan kamu gak habis bagaimana ?
J : ya di bawa pulang di makan sendiri
T : oh iya dek kenapa jualannya gak di pasar aja, kok dipinggir jalan seperti ini?
J : gak dapat untung mas kalau di pasar. Soalnya banyak pesaingnya. Jadi mending disini pinggir jalan deket lampu merah juga ramai.
Narasumber Kakak Ali (Fauzik)
T : Menurut mas nya Ali ini sosok adik yang seperti apa ?
J : Ali itu rajin mas, penurut anaknya. Ali itu pintar juga mas, jadi dia kayak tau gitu lho, pada saat dia jualan ada pembeli dia tahu mana pembeli yang sekiranya mampu atau kurang mampu gitu. Jadi kalau dia rasa mampu ya dia jual 5 ribu , kemudian kalau dirasa dia kurang mampu orangnya ya dijual 2 rb bahkan 1 rb pernah dijual ke orang.
T : Apa mas nya pernah nemanin atau bantuin Ali berjualan di pinggir jalan sana ?
J : Ya udah jarang sih mas, cuman dulu itu pernah. Tapi akhir-akhir ini sering sih ngawasi Ali jualan gitu soalnya dulu pernah kejadian Ali waktu jualan dipalak sama preman-preman disana atau anak punk disana gitu mas. Trus dulu itu pernah juga ada kejadian Ali diusir sama Polisi yang menjaga di pertigaan lampu merah sana, kemudian saya ya agak ndak terima sama keputusan Polisi itu soalnya kalau Ali diusir kenapa kok nenek yang jualan keripik dipinggir jalan sana juga ndak diusir mas.
Narasumber Bapak Ali (Surip)
T : Ali ini apa udah lama tidak sekolah pak ?
J : Sudah mungkin hampir 3 tahunan.
T : Apa benar berjualan ini karena kemauan Ali sendiri ?
J : Iya mas, berjualan memang kemauan Ali sendiri untuk membantu keluarga.
T : Ali tidak sekolah ini apa karena memang tidak ada biaya atau faktor yang lain pak ?
J : Ya bukan karena faktor biaya sih mas. Dulu itu Ali waktu Sd sempat tidak naik pada saat dia kelas 3. Itu hampir 2 tahun bertahan, akhirnya dinaikkan oleh gurunya ke kelas 4. Kemudian Ali ini dirasa lambat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Akhirnya guru bilang ke saya bahwa Ali ini itu ada masalah dalam pembelajarannya. Lha pada saat itu lah Ali berhenti dari sekolah hingga saat ini.
T : Apa penyebab Ali seperti ini pak ? Apa bapak tahu ?
J : Ya dulu pada saat Ali kecil itu memang sering jatuh mas, yang pertama ketika Ali saya bonceng naik becak, dan jatuh kemudian kepalanya ini terbentur aspal. Setelah itu yang kedua saat Ali saya bonceng naik sepeda di senggol sama mobil, dan akhirnya jatuh, kepala Ali mengenai batu.
T : Apa kemungkinan Ali ini berkeinginan untuk sekolah lagi pak ?
J : Ya kalau urusan itu , mas nya tanya ke Ali sendiri saja hehe. Soalnya saya ndak enak an sama Ali ini.
Naskah Berita
Ali Bocah Sang Penjual Kangkung, Berjuang Untuk Membantu Kehidupan Keluarga
Image
“Kangkung kangkung kangkung ....” terdengar suara anak kecil nyaring dari pinggir jalan yang ramai akan pengguna sepeda motor dan mobil. Disaat anak kecil yang sebagaian besar hidup mereka dihabiskan dengan bermain, dan penuh dengan keceriaan bisa bermain bersama teman – teman sebayanya. Berbeda dengan Ali seorang anak berumur 13 tahun yang dia harus rela meluangkan waktunya untuk berjualan kangkung dipinggiran jalan untuk membantu perekonomian keluarganya. Ali berjualan di pinggiran jalan S.Supriadi Kecamatan Sukun, Malang.
Ali bocah sang penjual kangkung. Hal itu dilakukakan karena memang kemauannya sendiri yang ingin membantu dan menjadi salah satu tulang punggung keluarganya. Salah satu yang menjadi motivasi Ali untuk berjualan membantu perekonomian keluarganya adalah mendiang sang Ibu tercinta yang telah meninggal dunia, yang juga sebelumnya pedagang sayur dan gorengan.
“Ya saya ingin berjualan seperti ini supaya bisa menggantikan sosok ibu, dan ya supaya bisa nyelameti ibu yang sudah meninggal” – ujar Ali. Ali berjualan mulai sekitar jam 4 sore sampai menjelang isya’ sekitar jam 7 malam. Jarak rumah Ali dari dia tempat berdagang kangkung sekitar 1 kilometer, menggunakan sepeda pancal. Terkadang juga Ali diantar oleh kakaknya menggunakan sepeda motor.
Ali anak ke 4 dari 5 bersaudara, Ayah Ali bekerja mencari cacing yang nantinya dijual untuk kebutuhan memancing. Saudara Ali yang pertama seorang laki-laki sudah menikah, saudara kedua adalah kakaknya bernama Fauzik berumur 19 tahun yang masih duduk di kelas 3 SMK. Kakak Ali yang kedua inilah yang bertugas mencari kangkung yang nantinya dijual Ali tersebut. Saudara Ali yang ketiga perempuan yang berumur 16 tahun, akan tetapi dia sudah menikah. Setelah itu anak terakhir, adik Ali perempuan yang masih duduk dibangku TK B.
Berjualan kangkung dipinggir jalan memang pilihan Ali, dikarenakan jika berjualan dipasar tidak terlalu menguntungkan. “Kalau berjualan dipasar banyak ruginya, untungnya cuman sedikit karena banyak pesaingnya juga” – kata Ali. Jika dagangan kangkung tidak habis terpaksa Ali membawa pulang dan dijual lagi keesokan harinya. Terkadang juga dimasak sendiri dibuat lauk makan bersama keluarganya.
Resiko berjualan dipinggir jalan memang ada, dan itu pernah dialami oleh Ali. Pernah ada kejadian dimana Ali pernah diusir oleh Polisi disaat Ali sedang berjualan, Polisi mengusir dan menyuruh pindah Ali dengan beralasan bahwasanya mengganggu pengguna jalan sepeda motor. “Dulu pernah Ali diusir sama Polisi yang bertugas disana, dipertigaan lampu merah sana. Mereka mengusir dengan berdalih kalau adik saya ini berjualan mengganggu pengguna jalan terutama pengguna sepeda motor” – cerita Fauzik kakak kedua Ali. Akan tetapi setelah itu sang kakak Fauzik tidak terima dengan keputusan Polisi. Akhirnya dia dengan berani menghampiri Polisi dengan mengatakan bahwasannya jika Polisi mengusir adik saya, kenapa kok ada nenek tua yang berjualan dipinggir sana yang juga bersebelahan dengan Ali yang hanya dibatasi oleh tembok antar gedung tidak mereka usir juga. “Padahal lho mas ya ada nenek tua juga berjualan keripik dipinggir sana bersebelahan dengan Ali berjualan kok tidak mereka usir juga. Dan juga lho di tempat Ali berjualan itu depan jalannya sudah rusak dan sulit bahkan berbahaya juga jika dilalui oleh pengguna sepeda motor” – lanjut cerita Fauzik agak sedikit geram. Akhirnya dengan usaha sang kakak bernegosiasi dengan Polisi si Ali boleh lagi berjualan disana.
Kemudian ada juga cobaan ketika Ali berjualan dipinggir jalan yaitu saat Ali berjualan setelah itu hasil jualan dipalak sama preman yang biasa nongkrong di pertigaan lampu merah sana. “Dulu juga pernah si Ali ini pulang – pulang kok nangis, kemudian kangkungnya habis tapi kok dia tidak membawa uang. Terus adik saya cerita kalau habis dipalak oleh preman atau anak punk yang biasa nongkrong dilampu merah sana” – cerita sang kakak. Setelah kejadian itu sang kakak Fauzik sering – sering menyempatkan waktunya untuk mengawasi sang adek berjualan. Disela – sela sang kakak mengawasi Ali berjualan ada suatu yang menarik dari si Ali yang diketahui oleh sang Kakak, bahwasanya si Ali ini ketika dia berdagang dan disaat ada seorang yang membeli kangkung Ali ini tahu mana orang yang sekiranya orang itu mampu dan mana yang sekiranya orang ini kurang mampu dalam hal perekenomian. Ibaratnya Ali ini tahu mana orang yang kaya dan mana yang miskin. Jika Ali mendapati seorang pembeli yang dirasa dia mampu maka dia menjual dengan harga berkisar 4000 rupiah sampai 5000 rupiah, dan apabila mendapati pembeli yang dirasa kurang mampu maka dia menjual dengan harga normal 2000 rupiah bahkan bisa sampai hanya 1000 rupiah. Sangat cerdik bagi seorang pedagang yang masih berumur 13 tahun.
Untuk masalah pendidikan kenapa Ali kok tidak sekolah, menurut ayah nya Surip yang berumur 45 tahun bahwasannya Ali tidak sekolah bukan karena faktor keuangan yang menjadi masalah utamanya. Akan tetapi Ali itu anaknya seperti sulit dalam menghafal dan susah untuk memahami hal yang berkaitan dengan pelajaran jika disekolah. Hal itu disampaikan oleh pihak sekolah yang bercerita kepada Ayah Ali. “Ya kalau urusan kenapa Ali tidak sekolah itu karena dulu pernah Ali tidak naik saat 3 SD dan itu bertahan hampir 3 tahun dia tidak naik. Akhirnya pihak sekolah bercerita kepada saya kalau Ali ini sulit dalam hal mengingat dan memahami pelajaran yang diajarkan” – cerita sang ayah. Setelah itu Ayah Ali bercerita mengenai kenapa Ali kok begitu susah dalam menghafal dan memahami dalam pembelajaran itu karena Ali dulu saat kecil sering jatuh. “Dulu memang saat Ali duduk dibangku TK, saat itu saya ajak untuk berjalan-jalan naik becak. Tapi bencana menimpa saya dan anak saya Ali, terjatuh dan kepala Ali terbentur tanah aspal cukup keras. Kemudian selang beberapa waktu ketika saya naik motor, ditabrak oleh mobil dan kemudian Ali terjatuh dan kepala mengenai batu” – lanjut cerita sang Ayah.
Dengan kekurangan Ali yang begitu, dia susah dalam menghafal susah dalam mempelajari sesuatu mengenai pelajaran. Akan tetapi dibalik kekurangan itu dia memiliki semangat juang untuk membantu keluarga, semangat yang patut diacungi jempol. Meskipun dia masih anak-anak akan tetapi dia bisa tahu kondisi keluarga saat ini yang membutuhkan usahanya dalam memenuhi seluruh kebutuhan keluarga dengan cara berjualan kangkung tanpa mengenal lelah dan tanpa ada rasa malu sedikitpun.(ifn)